468x60
Latest News

Ranking FIFA 2016: Indonesia Naik ke Peringkat 171

Ranking FIFA 2016: Indonesia Naik ke Peringkat 171
Keberhasilan Timnas Indonesia melaju ke babak final Piala AFF 2016 mempengaruhi peringkat Indonesia di ranking FIFA. 

Dalam rilis terbaru FIFA, Kamis (22/12/2016), posisi Indonesia naik delapan tingkat dari 179 bulan lalu menjadi 171. Nilai Indonesia sama dengan Kuwait yaitu 120 poin. 

Dilansir dari laman resmi FIFA, Sabtu (24/12/2016), peringkat Indonesia masih kalah dari beberapa negara Asia Tenggara lainnya, seperti Laos (167), Singapura (165), Malaysia (161), Myanmar (159), Vietnam (134), Thailand (126), dan Filipina (120).

Urutan teratas rangking FIFA 2016 ditempati oleh Argentina dengan 1.634 poin, diikuti Brasil di posisi kedua dengan 1.544 poin. 

Juara Piala Dunia 2014, Jerman, menduduki peringkat ketiga dengan nilai 1.433.

Juara Piala Eropa 2016, Portugal, berada di posisi kedelapan dengan 1.229 poin. Finalis Piala Eropa 2016, Prancis, di posisi ketujuh dengan 1.305 poin. Spanyol ada di posisi kesepuluh dengan 1.166 poin.*

Peserta Aksi Massa Parade Bhinneka Tunggal Ika Dibayar Rp 150.000

Peserta Aksi Massa Parade Bhinneka Tunggal Ika Dibayar Rp 150.000
AKSI unjuk rasa damai bertajuk Parade Bhinneka Tunggal Ika di Jakarta, Sabtu (19/11/2016), diwarnai peserta bayaran.

Sebagian peserta mendapatkan uang transportasi sebesar Rp150.000 plus makanan dan minuman. Mereka menaiki bus yang telah disediakan koordinator massa. 

"Bukan demo, katanya suruh datang aja ke Jakarta, tapi enggak tahu buat apa," kata Dadang, 58 tahun, satu di antara massa kepada Tempo.

Sepekan sebelumnya, Dadang mengklaim koordinator Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menawarinya untuk pergi ke Jakarta mengikuti acara Festival Bhinneka Tunggal Ika. Dadang mengaku tidak tahu apa itu Bhinneka Tunggal Ika. Namun, itu tak jadi soal baginya, karena koordinator tersebut menawarkan uang transportasi senilai Rp 150 ribu.

"Itung-itung refreshing, dapat makan, dapat uang," ucap Dadang yang mengaku berprofesi sebagai seorang sopir taksi di Bandung. 

Dadang dan warga Bandung lainnya diminta berkumpul di titik penjemputan pada 03.00 WIB. Nama mereka didata. Sekitar 39 bus telah disiapkan untuk mengantarkan mereka ke Jakarta. 

Sebelum berangkat, Dadang diberi kaos warna putih yang disebut dari HKTI. Ia diminta mengenakan kaos itu sesampainya di Jakarta. Begitu juga dengan massa lainnya, mendapatkan makanan, minuman, dan uang akomodasi Rp 150 ribu.

Setibanya di Jakarta, Dadang turun dan berusaha menjangkau kerumunan, panggung utama Festival Bhinneka Tunggal Ika. Dadang melihat berbagai orang yang tak ia kenal berorasi di atas panggung. Macam-macam tarian adat menghibur penonton. 

"Saya di sini saja (taman), enggak tau itu acara apa," kata Dadang yang setelah acara diberi uang yang sudah dijanjikan senilai Rp150 ribu oleh koordinator.

Bagi warga yang belum dapat bagian harus menunggu panitia membagikan uang. Seperti halnya Suherman, 45 tahun, yang tak kunjung mendapatkan uang. 

Puluhan bus juga masih terparkir di sepanjang Jalan Merdeka Selatan. Mereka memuat warga dari berbagai daerah, khususnya dari Jawa Barat. "Nggak tahu ini katanya masih nunggu panitianya rapat," kata seorang sopir bus yang enggan disebut namanya.

Rata-rata setiap bus juga mendapatkan minimal Rp3,5 juta per unit. Uang itu biasanya sudah dibayarkan ke masing-masing perusahaan penyewa bus. Kata sopir itu, panitia menyewa bus selama sehari penuh sejak pukul 02.00 WIB hingga Minggu malam hari.

Di sejumlah sudut taman Monumen Nasional juga terlihat orang-orang membagikan uang dengan pecahan Rp50 ribu dan Rp100 ribu. Rata-rata setiap orang mendapatkan uang Rp150 sampai Rp200 ribu. Uang itu dibagikan secara terbuka di tempat publik.

Penggagas Festival Bhinneka Tunggal Ika, Nong Darol Mahmada, mengatakan peserta Festival Bhinneka Tunggal Ika mencapai 30 ribu dari berbagai daerah, mulai dari Jawa Barat, Papua, Kalimantan, hingga Sumatera.

Rencananya, festival semacam ini akan terus diadakan di daerah-daerah. Di Jakarta sendiri, ini adalah kali pertama diselenggarakan. Nong sangat kagum dengan animo masyarakat yang datang. Peserta yang datang mulai dari etnis Cina, Jawa, Bugis, Batak, Dayak, dan lain sebagainya.

Ketua Bidang Pemberdayaan Petani HKTI Muhammad Arum Sabil membantah telah memobilisasi dan membayar massa senilai Rp150 ribu untuk ikut Festival Bhinneka Tunggal Ika yang diselenggarakan di Jalan Medan Merdeka Selatan. "Kayaknya enggak ada (memobilisasi massa), enggak ada," kata Arum.

Menurut dia, HKTI tak pernah mengerahkan petani untuk kegiatan politik. Apalagi berangkat ke Jakarta untuk mengikuti Festival Bhineka Tunggal Ika di pelataran Monumen Nasiopnal pada Sabtu pagi. Selama ini, HKTI hanya konsentrasi untuk mengangkat isu-isu pertanian di Indonesia.

Dia juga membantah adanya pemberian uang senilai Rp 150 ribu kepada setiap orang yang datang di acara Festival Bhineka Tunggal Ika. Menurut dia, kemungkinan organisasi itu bukan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, melainkan organisasi lain yang mengatasnamakan HKTI.

Parade Bhinneka Tunggal Ika disebut-sebut sebagai "aksi tandingan" Aksi Damai 4 November 2016 yang dilakukan umat Islam terkait kasus penistaan agama oleh Ahok.*

Hindari Berita Hoax, Netizen Harus Bijak Memilih Media

Hindari Berita Hoax, Netizen Harus Bijak Memilih Media
Pengguna atau warga internet (netizen) diimbau bijak memilih media untuk menghindari berita bohong atau informasi palsu (hoax). 

Imbauan tersebut disampaikan Pakar Komunikasi Universitas Brawijaya Malang, Anang Sudjoko.

"Individu di era sekarang sudah seperti media massa. Oleh sebab itu, literasi perlu terus diasah agar masyarakat kita tidak begitu saja menyebarkan informasi apalagi yang berkaitan dengan kejadian alam," tutur Anang dikutip Malang TimesKamis (17/11/2016).

Ia mengingatkan, masyarakat hendaknya tidak serta merta percaya pada informasi, terutama terkait peristiwa alam seperti gempa bumi. 

Anang menyebut apabila masyarakat tidak menyaring informasi dengan benar, dikhawatirkan justru malah memancing keresahan.

Kemunculan berita hoax atau berita palsu salah satunya adalah peran pengguna media sosial tidak bertanggungjawab.

"Pastikan dulu siapa yang menyampaikan informasi tersebut. Siapa dan medianya apa. Dan kutipan di media itu pun harus dapat dipertanggungjawabkan yang dalam hal ini harus dari BMKG," jelas Anang.

Untuk itulah, Anang beranggapan bahwa media online mainstream harus turut berpartisipasi dalam upaya memberikan informasi yang cepat, tepat dan akurat.

Hoax merupakan fenomena dunia internet. Banyaknya media abal-abal, yaitu media dengan pengelola tidak jelas, alamat kantor tidak disebutkan, dan tidak berbadan hukum, membuat hoax mudah sekali diproduksi dan disebarkan netizen "alay" yang kurang pendidikan.*

Pers Harus Verifikasi Informasi dari Media Sosial

Pers Harus Verifikasi Informasi dari Media Sosial
MEDIA Sosial menjadi salah satu sumber berita. Wartawan banyak mengambil bahan berita dari Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, dan media sosial lainnya, terutama akun-akun milik public figure seperti pejabat dan artis.

Tak jarang, wartawan media online juga membuat berita berdasarkan "kehebohan" pengguna internet (netizen).

Pakar pers nasional, Atmakusumah Astraatmadja, mengingatkan, media massa harus memverifikasi informasi-informasi dari media sosial demi menghindari terjadinya penyebaran berita bohong.

"Informasi dari mana pun bagi wartawan baik untuk ditampung. Tetapi jangan disiarkan dahulu sebelum dilakukan verifikasi," ujarnya kepada Antara di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa (15/11/2016).
 
"Apalagi kalau semakin banyak informasi di media sosial yang tidak faktual dan asal-asalan," imbuhnya,

Mantan Ketua Dewan Pers itu juga mengatakan, ada empat butir Kode Etik Jurnalistik yang absolut dan tidak boleh dilanggar, yaitu wartawan tidak menerima suap, wartawan tidak mengungkap narasumber anonim, wartawan tidak melakukan plagiarisme, dan wartawan tidak memuat berita bohong.

"Upaya verifikasi informasi dari media sosial juga menjadi langkah bagi wartawan untuk menghindari pelanggaran Kode Etik Jurnalistik karena membuat berita bohong," jelasnya.

Verifikasi adalah memastikan kebenaran melalui konfirmasi dan cek & ricek. Wartawan yang tidak melakukan disiplin verifikasi bisa disebut wartawan abal-abal alias tidak profesional ☺

News

Sports

300x250